19 Mei 2009

Kisah Hamba yang Terakhir Masuk Surga

Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat?
Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama?
Para sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan?
Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. bersabda: Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala.
Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik. Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal, seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian.
Mereka (umat ini) berkata: Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya.
Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka kenal. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian.
Mereka pun berkata: Engkau Tuhan kami. Mereka mengikuti-Nya. Dan Allah membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam.
Aku (Rasulullah saw.) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.
Di dalam neraka Jahanam terdapat besi berkait seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap sisinya).
Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah.
Rasulullah saw. melanjutkan: Besi berkait itu seperti duri Sakdan, tetapi hanya Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi berkait itu merenggut manusia dengan amal-amal mereka. Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah amalnya. Dan di antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat.
Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah".
Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka dikeluarkan dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh dalam kandungan banjir (lumpur).
Kemudian selesailah Allah Taala memberi keputusan di antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka. Dia adalah ahli surga yang terakhir masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka, anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya membakarku. Dia terus memohon apa yang dibolehkan kepada Allah.
Kemudian Allah Taala berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta yang lain.
Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain kepada-Mu.
Maka ia pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika ia telah menghadap dan melihat surga, ia pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya Tuhanku, majukanlah aku ke pintu surga.
Allah berkata: Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka engkau, hai anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji.
Orang itu berkata: Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan meminta yang lain lagi.
Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu. Dan ia berjanji lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Setelah ia berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga terbuka lebar baginya, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan dan kesenangan yang ada di dalamnya.
Dia pun diam tertegun. Kemudian berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga.
Allah Taala berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak cucu Adam, betapa engkau tidak dapat menepati janji!
Orang itu berkata: Ya Tuhanku, aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (ridha).
Ketika Allah Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga. Setelah orang itu masuk surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah sesuatu! Orang itu meminta kepada Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya tentang ini dan itu. Ketika telah habis keinginan-keinginannya, Allah Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula yang semisalnya.
Sumber : HR Muslim No. 267

10 Mei 2009

Mesjid

Di dekat rumah saya, akan dibangun Masjid Raya Pagedangan. Spanduk pun sudah dipasang;"Disini sedang dibangun Masjid Raya Pagedangan". Bahkan kenclengan- celengan/tabungan - untuk pembangunan tersebut sudah disebar ke seluruh rumah warga. Maksudnya untuk menarik dana dengan sistem harian dan akan dikumpulkan setiap bulan oleh petugas dari DKM. Artinya warga diminta kesadarannya untuk menyisihkan sebagian hartanya dengan cara memasukkan senilai uang ke kenclengan tersebut agar tidak merasa berat dan tidak memberatkan. Kerja yang bagus, ide yang jempol dan niat yang bagus sebab juga menyertakan dalil man bana masjidan banalloohu lahu baitan filjannah.

ak jauh, bilangan ratusan meter setelah keluar dari gerbang komplek saya terdapat kegiatan meminta bantuan di tepi jalan. Dengan bermodalkan polisi tidur dan seperangkat sound system plus jubir-nya atau ulamanya, mereka juga menghimbau, tepatnya mengingatkan, kepada pemakai jalan untuk bersedekah membantu pembangunan masjid dekat tempat tersebut. Selanjutnya jalan bercabang dua. Pada arah setiap percabangan jalan tersebut kurang lebih jarak 1 km terdapat hal serupa, penghimpunan dana untuk pembangunan masjid.Sekali lagi ini hal yang bagus dari sisi kreatifitas anak bangsa dan pemahaman dasar yang bagus bagi setiap pendengarnya bahwa man bana masjidan banalloohu lahu baitan filjannah.

Dan tidak lepas dari pemandangan harian, ketika pulang-pergi ke kantor hampir kita jumpai hal serupa. Banyak dan dimana-mana. Bahkan sudah berlangsung dalam hitungan tahun. Fantastik! Ketabahan yang luar biasa dalam mencari dana dan membangun masjid. Alhasil masjid berdiri di mana-mana. Dan banyak jumlahnya. Allahu akbar!

Saya tidak menyoroti pro kontra pencarian dana yang dilakukan di tepi jalan.Walaupun itu sebenarnya sebuah aib, memalukan dan mengganggu pengguna jalan, kita anggap itu sebuah metode saja. Artinya banyak metode lain yang bisa digunakan yang pada ujungnya adalah mengumpulkan dana. Atau pun ceramahnya, itu adalah kebenaran - siapa pun pembawanya. Mungkin kalau ada salahnya adalah hanya salah waktu dan tempat. Harusnya kebenaran disampaikan di waktu dan tempat yang tepat, papan - empan - adepan, tidak kepada sembarang orang dan setiap waktu. Tapi itu kenyataan yang terjadi. Namun saya justru mempertanyakan kegunaan dan fungsi masjid setelah selesai dibangun. Ini pertanyaan besar.

Dengan banyaknya masjid sekarang ini, kita bisa pertanyakan bukankah masjid simbol orang islam? Tapi bagaimanakah kualitas orang islam pada umumnya dibandingkan dengan jumlah masjidnya? Bagaimana budi pekerti orang islam terkait dengan fungsi masjid? Sekarang banyak kita dengar bahwa pelaku korupsi melaksanakan sholat di masjid. Berarti dia orang islam. Bahkan beredar rumor di sekitar kita bahwa uang hasil korupsi juga telah digunakan untuk membangun masjid. Money laundry katanya.

Saya merinding ketika membaca surat At-Taubah ayat 107 - 110. "Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Jadi, kebanyakan kita hanya kampium membangun. Tapi apa sebenarnya dan guna sebuah masjid belum dihayati. Bahkan sekarang banyak masjid dibiarkan kosong melompong. Tak sepadan dengan syiar yang digemborkan sewaktu membangun dulu. Pantas, kenapa bangsa kita jadi begini. Dan malah sekarang masjid diisukan sebagai sarang teroris oleh Paman Sam. Ironis. Salah siapa?

Nah, salah satu kunci untuk memfungsikan masjid secara benar adalah dengan mengingat salah satu hadist Nabi SAW yang menyebutkan diantara tujuh golongan yang nanti mendapat naungan di hari qiyamat yaitu rojul yang menggantungkan hatinya di masjid. Tapi sebelum jauh, mari introspeksi masjid kita sendiri, apa dan bagaimana kita sudah berbuat untuknya. Sebab kadang doa keluar dan masuk masjid pun alpa dilantunkan. Masak...!?
Sumber : Faizunal Abdillah, Jambi